Rabu, 30 April 2014

Rangkuman Akuntansi Keu. lanjut PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI MASALAH KHUSUS DAN MASALAH – MASALAH KHUSUS DALAM LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


A.    Definisi Laporan Keuangan Konsolidasi Masalah Khusus.
Laporan keuangan konsolidasi masalah khusus adalah laporan keuangan gabungan antara perusahaan induk dan perusahaan anak, dimana dalam laporan keuangan tersebut terdapat masalah-masalah khusus dalam pembukuan laporan keuangan induk dan anak.
B.     Masalah – Masalah Khusus dalam Laporan Keuangan Konsolidasi.  
a.      Laba antar perusahaan yang berafiliasi ( intercompany profits )
Didalam laporan keuangan konsolidasi , laba/ rugi serta kenaikan/ penurunan nilai barang, jasa maupun harta tak bergerak yang telah diakui oleh masing-masing pihak harus dihapuskan (dielimanasi).
Pada masalah obligasi antar perusahaan, metode pencatatannya hanya dibedakan berdasarkan pada :
a)      Penjualan oleh Induk
b)      Penjualan oleh Anak
1.      Laba atas persediaan
a.)    Penjualan oleh Induk
·         Penguasaan 100 %
Jika disusun neraca konsolidasi maka persediaan barang dagangan yang ada pada perusahaan anak harus dikurangi menjadi sebesar harga pokok semula.
b.)    Penjualan oleh Anak
·         Penguasaan 100%
Jika disusun neraca konsolidasi, laba yang timbul dari penjualan atas barang dagangan harus dihapuskan .
                 Saham-saham perusahaan anak  dicatat dengan 2 metode yaitu :
-          Metode Harga Perolehan
Laba atas barang dagangan baru diakui pada perusahaan anak, sedangkan pada perusahaan induk belum mengakui bagian atas laba yang terjadi.
Jurnal eliminasi:
Laba Yang Ditahan, PT.Anak                                        xxx
                                   Persediaan barang dagangan, PT. Induk                    xxx

-          Metode Equity
Pengakuan terhadap laba atas barang dagangan tidak saja pada buku PT. Anak melainkan juga PT. Induk . jadi pada metode ini PT. Induk telah menngakui jumlah laba tersebut.
                       Jurnal eliminasi:
Laba Yang Ditahan, PT. Induk                                          xxx
                            Persediaan barang dagangan, PT.induk                                xxx
·         Penguasaan <100%
Eliminasi terhadap laba yang telah diakui atas laba dari transaksi antara PT. Anak dan PT. Induk harus dialokasikan sesuai denganhak atas laba masing-masing pemegang saham.
Dalam hal PT. Induk mempunyai hak atas laba sedang selebihnya dibebankan pada pemegang saham minoritas pada PT. Anak.
-          Metode Harga Perolehan.
Bagian laba atas barang dagangan belum dicatat pada buku PT. Induk , melainkan baru dicatat pada buku PT. Anak. Jadi, seluruh jumlah laba yang timbul harus dikurangkan dari saldo LYD PT. Anak, sebagai rekening lawan dari penurunan nilai barang dagangan yang ada pada PT. Induk menjadi harga pokoknya semula.
-          Metode Equity
Pada metode ini buku-buku PT. Induk telah diakui bagian atas laba dari barang dagangan tersebut. Jadi rekening lawan dari pengurangan nilai persediaan barang dagangan adalah debit masing-masing saldo LYD PT. Induk dan PT. Anak yang merupakan hak atas bagian laba para pemegang saham minoritas.
Jurnal eliminasi:
Laba Yang Ditahan, PT.induk                             xxx
Laba Yang Ditahan, PT. Anak                             xxx
                                   Persediaan barang dagangan                                       xxx

2.      Laba aktiva yang akan disusutkan
Penjualan aktiva tetap antar perusahaan yang harus disusutkan, dideplesi, atau diamortisasi mengakibatkan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi yang direfleksikan dalam akun – akun afiliasi penjual.
b.      Obligasi antar Perusahaan ( intercompany bond holdings )
Seperti halnya transaksi jual beli baik berupa barang-barang dagangan, jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas produksi lainnya. sangat dimungkinkan terjadinya pemilikan obligasi (surat hutang) dari suatu perusahaan oleh perusahaan lain didalam lingkungan perusahaan yang berafiliasi.
Pada mulanya obligasi dapat dijual/dikeluarkan dengan kurs diatas maupun dibawah nilai nominalnya. Oleh karena nilai buku hutang obligasi sebelum jatuh tempo, kemungkinan berbeda dengan jumlah yang harus dibayar pada saat pelunasan hutang yang bersangkutan. Perbedaan antara harga jual obligasi dengan nilai nominalnya disebabkan karena tingkat bunga nominal (obligasi) tidak sama dengan tingkat bunga efektifnya.
Proses penyesuaian nilai buku hutang obligasi ini dilakukan sejalan dengan proses penyesuaian biaya bunga menurut tingkat bunga nominal dengan biaya bunga efektif yang berlaku (biaya bunga yang sesungguhnya terjadi dalam hubungannya dengan hutang obligasi) sebagaimana dikenal dengan akumulasi diskonto atau amortisasi premium hutang obligasi. Dengan demikian apabila hutang obligasi dilunasi sebelum jatuh tempo, dapat dimungkinkan terjadinya laba atau rugi pelunasan obligasi.
C.    Saham Preferen dan Saham Biasa Anak ( subsidiaries with preffered and common stock )
1.      Saham Biasa
Saham Biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menerima sebagaian pendapatan tetap / deviden dari perusahaan serta kewajiban menanggung resiko kerugian yang diderita perusahaan.
2.      Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak lebih dibanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih dibanding pemegang saham biasa seperti hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusahan sekuat tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak lengser.
3.      Sifat Saham Preferent
Dalam saham preferen memiliki 4 Sifat Saham Preferen yaitu :
a.      Tidak kumulatif dan tidak berpartisipasi (TKTB)
Saham prioritas ini memiliki hak pemilikan/ klaim terhadap kekayaan bersih perusahaan sebatas nominalnya. Sedang saldo laba yang ditahan seluruhnya merupakan bagian dari para pemegang saham biasa. Begitu pun jika perusahaan mengalami defisit, defisit ini ditanggung oleh pemegang saham biasa.  
b.      Kumulatif dan tidak berpartisipasi (KTB)
Saham prioritas ini memiliki hak pemilikan/ klaim terhadap kekayaan bersih perusahaan sebatas nominalnya, jika semua deviden yang menjadi haknya sampai dengan tanggal terakhir telah dibagikan. Dan jika terdapat deviden yang menunggak, maka deviden tersebut harus diperhitungkan dahulu saldo Laba Yang Ditahan. Baru kemudian sisanya untuk saham biasa..
c.       Tidak kumulatif dan berpartisipasi penuh (TKB)
Saham prioritas ini memiliki hak pemilikan/ klaim terhadap kekayaan bersih perusahaan sebatas nominalnya. Tidak kumulatif berarti hak atas deviden diperoleh hanya apabila perusahaan mengalami laba saja. Berpartisipasi penuh berarti jika sudah dibagikan bagian deviden untuk saham prioritas dan saham biasa sebesar persentase yang ditentukan kemudian masih terdapat sisa, maka sisa deviden tersebut dibagikan kepada pemegang saham sesuai dengan besarnya partisipasi modal saham prioritas terhadap modal statutair. Jika terjadi defisit, maka defisit menjadi tanggung jawab pemegang saham biasa.
d.      Kumulatif dan berpartisipasi penuh (KB)
Saham prioritas ini memiliki hak pemilikan/ klaim terhadap kekayaan bersih perusahaan sebatas nominalnya dan juga hak atas deviden yang kumulatif serta hak atas partisipasinya.
D.    Saham bonus yang dibagikan peusahaan anak (stock deviden by subsidiary)
Pemberian deviden oleh anak berupa saham tidak berpengaruh terhadap kepemilikan induk .Jika deviden dibagi oleh perusahaan anak, maka pada perusahan anak akan terjadi perubahan posisi modalnya karena hal ini berarti terjadi perubahan status dari sebagian/seluruh saldo Laba Yang Ditahan menjadi Modal Statutair.
Oleh sebab itu perusahaan induk sebagai pemegang saham perusahaan anak dan para pemegang saham lainnya, tidak perlu mengakui adanya penghasilan yang timbul dari kenaikan nilai investasinya sebagai akibat dari saham yang diterima kemudian sebagai deviden. Tapi cukup membuat catatan memo tentang bertambahnya jumlah lembar saham yang dimiliki.
Jika setelah pembagian saham anak (saham bonus) disusun neraca konsolidasi, maka dilakukan eliminasi-eliminasi hak kepemilikan dari perusahaan induk yang diatur sebagai berikut:
-       Eliminasi modal saham dari posisi terakhir (setelah pembagian bonus saham/deviden saham anak) sebesar persentase kepemilikan.

-       Eliminasi saldo Laba Yang Ditahan dari saldo LYD pada saat tanggal terjadinya pembelian saham dikurangi dengan jumlah modal saham statutair.

Minggu, 27 April 2014

LAPORAN KEUANGAN PT HEXINDO ADIPERKASA Tbk









PT HEXINDO ADIPERKASA Tbk LAPORAN ARUS KAS Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2007 dan 2006 (Disajikan dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)



    1. ) LIKUIDITAS PERUSAHAAN

CURRENT RATIO =  AKTIVA LANCAR     
                                  KEWAJIBAN LANCAR

                               =  1.022.265 = 1,1
                                 887.073
( artinya setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 1.1 aktiva lancar )

QUICK RATIO      =  AKTIVA LANCAR - PERSEDIAAN
                                        KEWAJIBAN LANCAR
                     
                                =1.022.265 -600.064 = 0,5
                                                887.073
( artinya Kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancar dengan aktiva perusahaan  adalah setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 0.5 aktiva lancar yang likuid atau dalam bentuk uang bukan persediaan barang dagangan )

2.) SOLVABILITAS PERUSAHAAN

RASIO MODAL DENGAN AKTIVA = MODAL SENDIRI
                                                                   TOTAL AKTIVA

                                                          =  380.791 = 0,3
                                                              1.383.840
Artinya  Setiap Rp 1 total aktiva dibiayai dengan Rp 0.3 modal sendiri,
sedangkan Rp 0.7 dari pinjaman

RASIO MODAL DENGAN AKTIVA TETAP = MODAL SENDIRI
                                                                                 AKTIVA TETAP

                                                                       = 380.791 = 1,1
                                                                          361.575
Artinya  aktiva tetap dibiayai dengan  110 % modal sendiri

RASIO AKTIVA TETAP DENGAN
HITUNG JANGKA PANJANG             =             AKTIVA TETAP             
                                                                   HUTANG JANGKA PANJANG
         
                                                                = 361.575= 3,1
                                                                     115.976
 Artinya Kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman jangka panjang dengan jaminan aktiva aktiva tetap sebesar 310%

3.) RENTABILITAS PERUSAHAAN

RASIO LABA USAHA DENGAN TOTAL AKTIVITAS = LABA USAHA
                                                                                                 TOTAL AKTIVA

                     
                                                  = 136.620 = 0,1
                                                    1.383.840
Artinya : Setiap Rp 1 Total Aktiva , menghasilkan Laba Usaha sebesar Rp 0.3

PERPUTARAN TOTAL AKTIVA =   PENJUALAN    
                                                               TOTAL AKTIVA

                                                       = 1.825.358 = 1,3
                                                           1.383.840
( artinya Total Aktiva telah digunakan untuk meningkatkan  penjualan efisiensi sebesar 1,3x )

GROSS MARGIN RATIO =  LABA KOTOR
                                                PENJUALAN

                                            = 347.720 = 0.2
                                               1.825.358
Artinya Perusahaan dapat mencapai laba kotor 20% dari penjualannya

NET MARGIN RATIO = LABA BERSIH
                               PENJUALAN


                                       =   49.522    = 0,03
                                           1.825.358

Artinya Rp 1 penjualan meenghasilkan Laba bersih sebanyak Rp 0.03

OPERATING MARGIN RATIO = LABA USAHA
                                               PENJUALAN

                                                    = 136.620 = 0,07
                                                      1.825.358

Artinya Setiap Rp 1 penjualan menghasilkan Rp 0.07

RENTABILITAS MODAL SENDIRI =    LABA BERSIH
                                                   MODAL SENDIRI

                                                            =    49.522    = 0,13

                                                                   380.791                                                           

Artinya Rp 1 modal sendiri menghasilkan laba bersih Rp 0.13