Hal-Hal
Yang Harus di Pertimbangkan Oleh Manajer Dalam Penyusunan Anggaran.
1.
Kondisi
Manufaktur.
PENINGKATAN
DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR
Terpuruknya daya saing
tersebut merupakan akibat dari berbagai faktor. Menurut tolok ukur WEF,
diidentifikasi 5 (lima) faktor penting yang menonjol. Pada tataran makro,
terdapat 3 (tiga) faktor, yaitu: (a) tidak kondusifnya kondisi ekonomi makro;
(b) buruknya kualitas kelembagaan publik dalam menjalankan fungsinya sebagai
fasilitator dan pusat pelayanan; dan (c) lemahnya kebijakan pengembangan teknologi
dalam memfasilitasi kebutuhan peningkatan produktivitas. Sementara itu, pada
tataran mikro atau tataran bisnis, 2 (dua) faktor yang menonjol adalah: (a)
rendahnya efisiensi usaha pada tingkat operasionalisasi perusahaan; dan (b)
lemahnya iklim persaingan usaha.
Menurut catatan IMD,
rendahnya kondisi daya saing Indonesia, disebabkan oleh buruknya kinerja
perekonomian nasional dalam 4 (empat) hal pokok, yaitu: (a) buruknya
kinerja perekonomian nasional yang tercermin dalam kinerjanya di perdagangan
internasional, investasi, ketenagakerjaan, dan stabilitas harga, (b) buruknya
efisiensi kelembagaan pemerintahan dalam mengembangkan kebijakan pengelolaan
keuangan negara dan kebijakan fiskal, pengembangan berbagai peraturan dan
perundangan untuk iklim usaha kondusif, lemahnya koordinasi akibat kerangka
institusi publik yang masih banyak tumpang tindih, dan kompleksitas struktur
sosialnya, (c) lemahnya efisiensi usaha dalam mendorong peningkatan produksi
dan inovasi secara bertanggung jawab yang tercermin dari tingkat
produktivitasnya yang rendah, pasar tenaga kerja yang belum optimal, akses ke
sumberdaya keuangan yang masih rendah, serta praktik dan nilai manajerial yang
relatif belum profesional, dan (d) keterbatasan di dalam infrastruktur, baik
infrastruktur fisik, teknologi, dan infrastruktur dasar yang berkaitan dengan
kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan kesehatan.
beberapa permasalahan
spesifik di sektor industri manufaktur, yaitu sebagai berikut:
KKN dan layanan umum yang
buruk mengakibatkan tingginya biaya overhead. Menurut kajian
Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), pengeluaran untuk berbagai
pungutan dan untuk biaya buruknya layanan umum menambah biaya overhead sekitar
8,7 persen – 11,2 persen.
Cost of money yang
relatif tinggi, tercermin dari suku bunga yang saat ini sangat tinggi.
Pengusaha dalam negeri yang mengandalkan perbankan dalam negeri akan kalah
bersaing dengan perusahaan yang modal kerjanya dari luar negeri dengan bunga
berkisar 4–6 persen.
Administrasi perpajakan
yang belum optimal. Pengusaha menganggap administrasi perpajakan terutama dalam
kaitannya dengan restitusi produk-produk industri ekspor sangat tidak efisien.
Hal tersebut mengakibatkan daya saing produk ekspor menjadi berkurang karena
ketidakefisiensian tersebut dibebankan ke harga jualnya. Selain itu, hal
tersebut juga tidak kondusif untuk integrasi antar industri terkait untuk
pengadaan bahan antaranya. Pada umumnya mereka memilih untuk impor bahan baku
atau produk antara karena sejak awal tidak terkena PPN.
Kandungan impor sangat
tinggi. Nilai impor bahan baku, bahan antara (intermediate), dan
komponen untuk seluruh industri meningkat dari 28 persen pada tahun 1993
menjadi 30 persen pada tahun 2002. Khusus untuk industri tekstil, kimia, dan
logam dasar nilai tersebut mencapai 30-40 persen, sedangkan untuk industri
mesin, elektronik dan barang-barang logam mencapai lebih dari 60 persen.
Tingginya kandungan impor ini mengakibatkan rentannya biaya produksi terhadap
fluktuasi nilai tukar rupiah dan kecilnya nilai tambah yang mengalir pada
perekonomian domestik.
Lemahnya penguasaan dan
penerapan teknologi. Nilai tambah industri nasional relatif rendah, hal ini
menunjukkan bahwa karakteristik industri manufaktur masih tipe “tukang jahit,”
meskipun dalam komposisi ekspor mulai terjadi peningkatan proporsi produk
ekspor berteknologi menengah dan tinggi. Kehadiran foreign direct investment
(FDI) yang mempunyai potensi sebagai basis untuk alih teknologi belum dapat
dimanfaatkan.
Kualitas SDM relatif rendah.
Dari hampir 4,2 juta orang tenaga kerja industri dalam 22.894 perusahaan pada
tahun 1996, hanya 2 persen berpendidikan sarjana, sekitar 0,1 persen
berpendidikan master, dan 0,005 persen (hanya 225 orang) berpendidikan doktor.
Sementara itu, intensitas pelatihan yang dilaksanakan oleh industri belum juga
menggembirakan. Hasil survei tahun 1990-an menunjukkan hanya 18,9 persen
perusahaan di Indonesia melaksanakannya. Di Malaysia, kegiatan yang sama dilakukan
oleh hampir 84 persen perusahaan-perusahaannya. SDM dengan kualitas ini akan
sulit diharapkan menghasilkan peningkatan produktivitas apalagi inovasi-inovasi
yang bermutu untuk teknologi produksinya.
Iklim persaingan yang kurang
sehat. Banyak sub-sektor industri yang beroperasi dalam kondisi
mendekati ”monopoli”. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya indeks konsentrasi
untuk dua perusahaan (CR2). Pada tahun 2002, lebih dari 50 persen kelompok
usaha industri memiliki angka diatas 0,50 dan banyak kelompok industri yang
angka konsentrasi yang makin besar. Beberapa contoh adalah pada industri tepung
terigu, rokok putih, dan kendaraan roda 2. Keadaan ini menyebabkan insentif
untuk penurunan biaya produksi menjadi kecil.
Struktur industri masih
lemah. Sebagai illustrasi, di industri kendaraan bermotor pada tahun
1997 jumlah produser komponen mencapai 155 perusahaan. Namun hampir semua
produsen komponen ini merupakan pemasok lapis pertama. Hal ini menunjukkan
lemahnya kedalaman struktur industri nasional otomotif. Sebagai perbandingan,
pada tahun yang sama di Jepang ada 350 pemasok lapis pertama, 2.000 pemasok
lapis kedua, dan 10.000 pemasok lapis ketiga. Artinya industri nasional sangat
terintegrasi secara vertikal.
Peranan
industri kecil dan menengah (termasuk RT) masih minim. Industri berskala menengah (20-99 orang tenaga kerja), berskala
kecil (5-19 orang tenaga kerja), dan industri rumah tangga (1 – 4 orang tenaga
kerja) mempekerjakan dua pertiga tenaga kerja manufaktur di Indonesia. Namun
demikian, segmen industri ini menyumbang hanya 5-6 persen dari total nilai
tambah manufaktur. Industri kecil dan menengah terkonsentrasi di sub-sektor
makanan dan kayu. Industri-industri pada segmen ini umumnya melayani konsumer akhir
atau memproduksi komponen untuk ”after sales market”, dengan segmen
kelas terendah. Sangat sedikit yang memproduksi bahan baku dan/atau barang intermediate
serta memasoknya ke industri hilir. Dengan kondisi ini, industri kecil dan
menengah di Indonesia belum berada dalam satu mata rantai pertambahan nilai
dengan industri berskala besar.
Sebaran
Industri yang terpusat di Pulau Jawa. Unit usaha
industri merupakan pencipta kesejahteraan (wealth) terpenting melalui
nilai tambah produk-produk yang dihasilkan dan sekaligus mendistribusikannya ke
khalayak melalui pekerjanya. Oleh karena itu distribusi dari segmen industri
ini juga akan mencerminkan distribusi kesejahteraan yang terbentuk. Menurut
data tahun 2002, dari 21,146 usaha industri berskala menengah dan besar, 17.118
atau 80 persen diantaranya berada di Pulau Jawa.
2.
Stabilitas Operasi.
Operasi Pasar Mampu Tekan
Stabilitas Harga
Surabaya - Program operasi pasar yang
dilakukan di 133 titik di 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur mampu menekan
stabilitas harga kebutuhan bahan pokok di pasar.
"Kami sudah merinci datanya sejak
diberlakukannya operasi pasar pada 13 Juli 2012. Secara psikologis, penjual
menurunkan harga dan itu berdampak positif bagi konsumen," ujar Kepala
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur Budi Setiawan kepada wartawan di
Surabaya, Kamis.
Setelah dua pekan berjalan, harga gula dipantau
turun Rp700 dan minyak goreng curah mengalami penurunan hingga Rp900. Harg gula
pasir yang sebelumnya Rp12.900 per kilogram menjadi Rp 12.200 per kilogram,
sedangkan dan minyak goreng Rp11.300 turun menjadi Rp10.400.
Kendati demikian, ia mengakui tidak semua
kebutuhan bahan pokok mengalami penurunan. Berdasarkan pantauannya, daging ayam
dan telur harganya merangkak naik. Serta ada beberapa kebutuhan pokok lainnya
yang harganya tetap.
"Khusus sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan
mengalami penurunan harga dan perkembangannya sangat bagus karena harga tidak
terlalu liar atau terkendali," tukas dia.
Sampai saat ini, lanjut Budi, Pemprov Jatim sudah
mengeluarkan anggaran hingga Rp811 juta. Menurut dia, diprediksi jumlahnya akan
terus bertambah karena operasi pasar berlangsung sampai mendekati Hari Raya
Idul Fitri 1433 Hijriah.
Khusus untuk dana operasi pasar, pihaknya sudah
menyiapkan anggaran Rp5 miliar. Namun jumlah itu akan bertambah seiring dengan
kebutuhan di lapangan.
"Kalau membengkak ya tidak masalah, semua
demi menekan harga dan pelaksanaan operasi pasar. Kemungkinan bertambah hingga
Rp10 miliar, tapi kami sudah mempersiapkannya," kata Budi. http://www.antarajatim.com/lihat/berita/92214/operasi-pasar-mampu-tekan-stabilitas-harga
3.
Lingkungan Ekonomi Dan Politik.
Ekonomi Politik Lingkungan.
konsep
keamanan menjadi salah satu konsep yang paling sering berubah sesuai dengan
perkembangan kehidupan sosial manusia baik dalam tataran lokal, nasional maupun
global. Keamanan semakin menjadi sorotan ketika terjadi perubahan yang sangat
besar di dalam lingkungan lokal nasionaldan internasional. Perubahan secara
substansial yang terjadi di lingkungan internasional/global diawali dengan
berakhirnya Perang Dingin, yakni seiring dengan mengemukanya arus globalisasi
(baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial-budaya dan keamanan). Sementara
dalam lingkup nasional dan lokal, keamanan sangat terkait dengan maraknya
konflik antar etnis dan ikatan primordial lainnya di berbagai belahan dunia
memunculkan dampak yang sangat dalam bagi diplomasi dan politik luar negeri
suatu negara.
Berdasarkan
penjelasan diatas, kami mencoba mengklasifikasikan jenis keamanan. Klasifikasi
ini di dasarkan pada perkembangan konsep keamanan itu sendiri, selain itu juga
berdasarkan perubahan substansial di dunia Internasional. Terdapat dua
klasifikasi jenis keamanan.Yang pertama adalah Keamanan Nasional, yang
bertujuan untuk melindungi segenap warganya dari ancaman dan memberikan
keselamatan pada individu yang berada dalam kedaulatan nasional sebuah negara.
Keamanan nasional dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya diplomasi,
penggunaan kuasa ekonomi, militer serta politik. Keamanan nasional sangat
berpengaruh terhadap berjalannya sebuah pembangunan nasional. Dengan
terciptanya sebuah kondisi yang kondusif maka proses penciptaan dan pembangunan
sarana prasarana yang masuk kedalam pembangunan nasional akan menjadi lancar
ketika terdapat jaminan akan stabilitas dan keamanan bagi masyarakat dan
kedaulatan negara tersebut dari ancaman apapun.
Dengan
demikian, bisa dilihat bahwa dalam pencapaiannya, keamanan nasional tidak hanya
berdasarkan kekuatan militer saja, akan tetapi juga melibatkan dan
mengintegrasikan berbagai macam kekuatan non – militer seperti diplomasi dan
melibatkan semua masyarakat dalam politik luar negeri. Pencapaian keamanan
nasional yang lebih komprehensif tidak saja melibatkan kebijaksanaan domestik,
tetapi juga kebijakan keamanan nasional dan kebijakan luar negeri baik berupa
kebijakan bilateral, regional maupun multilateral.
Konsep
'keamanan manusia' (human security) lahir seiring dengan berakhirnya Perang Dingin. Hal ini
sangat terkait dengan perubahan pola konflik di dunia, yaitu dengan tampilnya
konflik internal sebagai fitur utama (Kaldor: 2001). Maka, berbagai upaya untuk
menemukan paradigma keamanan yang baru akhirnya melahirkan konsep human
security, yaitu konsep yang menempatkan
'individu' dan bukan 'negara' sebagai pusat perhatian. Belakangan, konsep ini
berkembang dengan tidak hanya mengalihkan pusat perhatian dari negara ke
individu saja, tapi juga meluaskan ruang lingkup keamanan. Amartya Sen dan
Sadako Ogata (CHS: 2003), mengajukan paradigma keamanan manusia yang meliputi 'freedom
from want', 'freedom from fear', dan 'freedom to take action on one's own behalf' (Shani, Sato, dan Pasha: 2008)
Perubahan
yang terjadi begitu cepat di dalam kawasan dunia internasional saat ini telah
banyak mempengaruhi aspek-aspek kehidupan bernegara. Konsep keamanan pun
mengalami pergeseran definisi dan lingkup seiring dengan berjalannya proses
globalisasi. Terutama di abad 21 saat ini, isu keamanan yang begitu
mempengaruhi adalah tentang masalah lingkungan. Masalah lingkungan berkaitan
dengan perubahan iklim yang menyimpan bahaya laten bagi keberlangsungan hidup
suatu negara. Ini tidak lepas dari perubahan iklim tersebut memiliki hubungan
yang erat dengan keamanan suatu negara, termasuk pertimbangan keamanan nasional
negara, fokus pada keamanan manusia, peran militer dan diskusi yang
mengasumsikan bahwa perubahan iklim bisa memicu konflik kekerasan (Barnett,
2003).Maka dari itu perubahan iklim juga dikatakan sebagai bagian dari isu
keamanan yang dihadapi oleh negara saat ini. .
Lingkungan
adalah sebuah dimensi ruang yang kita tinggal dan hidup di dalamnya. Tentu saja
jika terjadi kerusakan di dalamnya maka seluruh manusia yang hidup di dalamnya
akan terkena dampaknya. Sehingga ancaman perubahan iklim tidak hanya berdampak
pada wilayah dan komunitas tertentu akan tetapi bahaya ini sudah bersifat
global dan mengancam semua masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Barnett
(2003) “climate changes is a security issue for some
nation-states, communities and individuals” (Barneet, 2003).
Terdapat
hubungan antara ekonomi politik dengan isu-isu degradasi lingkungan.Hal ini
sangat terkait dengan hambatan yang muncul dan disebabkan oleh kegagalan pasar.
Pada sistem pasar disatu sisi dianggap sebagai bagian dari kebebasan dan
keadilan global namun pada sisi yang lain justru menjadi hambatan karena
memunculkan persoalan seperti kesenjangan sosial dan eksploitasi terhadap alam
demi kepentingan ekonomi. Dalam sistem pasar, ketika masyarakat kelas menengah
keatas menjadi kaum yang diuntungkan sementara masyarakat kelas menengah
kebawah menjadi korban atas ketidakmampuan mereka menjadi pelaku pasar, maka
munculnya kesenjangan sosial yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan sistem
ekonomi dan politik karena rakyat yang ternyata tidak tersejahterakan.
Oleh sebab
itu para ekonom environmentalist memiliki suatu gagasan tentang ekonomi hijau.
Hal ini didasari atas keyakinan terhadap tentang kegagalan pasar “market failure”
yang dapat menumbuhkan ketidakpercayaan akan sistem kapitalis karena telah
memunculkan persoalan kemiskinan dan ketidakadilan global. Sementara
aktivitas-aktivitas ekonomi telah mengakibatkan bermunculannya permasalahan
lingkungan seperti krisis ekologi, eksploitasi sumber daya alam yang
mengakibatkan pada kelangkaan, hingga berujung kepada isu yang menuntut
perhatian khusus warga dunia, yaitu perubahan iklim “climate change” dan
pemanasan global “global warming.”
Ekonomi
Hijau sendiri menurut UNEP (United Nations Environment Progamme)adalah salah
satu upaya peningkatan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial, sembari
mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologi secara signifikan.Dengan
katalain, Ekonomi Hijau dapat dianggap sebagai konsep pembangunan rendah emisi,
efisien dalam pengelolaan sumber daya dan menjunjung tinggi kesetaraan sosial.
Dalam konsep ini, pertumbuhan lapangan pekerjaan dan pendapatan harus didorong
oleh investasi publik dan swasta yang mengurangi emisi dan polusi, meningkatkan
efisiensi pemanfaatan energi dan sumber daya, dan mencegah hilangnya
keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem.
Ekonomi
Hijau diharapkan dapat menekan kepentingan-kepentingan pasar yang menyalahi
aturan keadilan global seperti dominasi kapital atas kaum pekerja, pertumbuhan
ekonomi yang menitikberatkan kepada ‘angka’ sementara secara substansial
pembangunan itu sendiri terjadi sangat tidak merata. Karenanya ide ekonomi
hijau lebihditekankan pada pentingnya pemerataan ekonomi dan pembangunan yang
berkelanjutan “sustainable development.”Ketika persoalan perubahan iklim, pemanasan global, kerusakan
lingkungan, krisis ekologi, kemiskinan, kesenjangan sosial menjadi isu-isu
penting dalam tatanan dunia baru, ruang-ruang negosisasi menuntut semua pihak
terkait bahkan negara-negara superpower untuk duduk dalam satu kepentingan
bersama, yaitu menyelamatkan dunia. Perilaku-prilaku politis yang sifatnya
egosentris dan mengedepankan otoritas dapat ditekan dengan merekonstruksi
kebijakan-kebijakan ekonomi yang mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan semua
kalangan.
Agenda
Rio+20 adalah salahsatu bentuk realisasi dari praktek-praktek demokrasi di
tatanan global untuk tujuan-tujuan politis melalui isu-isu ekonomi dan
lingkungan, menindaklanjuti pertemuan Rio Earth Summit 1992, yang menghasilkan
kesepakatan dimana kebijakan-kebijakan ekonomi diharapkan melibatkan peran
institusi-institusi ekonomi dunia, serta pentingnya regulasi-regulasi
pemerintahan yang didahului oleh komitmen dan konsistensi para pembuat
kebijakan.Dengan demikian, Pertemuan Rio+20 dengan isu Green Economy mampu
menjadi strategi keamanan tersendiri, yang mengedepankan penyelesaian
masalah-masalah lingkungan global serta menjawab kegagalan pasar sebagai isu
ekonomi-politik sesungguhnya dapat meningkatkan tumbuhkembangnya budaya
berdemokrasi di tatanaan dunia.
4.
Aspek Teknologi.
ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI.
Tujuan studi aspek ini adalah untuk meyakini apakah secara
teknis dan pilihan teknologi, rencana bisnis dapat dilaksanakan secara layak
atau tidak layak , baik pada saat pembangunan proyek atau operasional secara
rutin
Di artikel ini kami akan memaparkan
studi aspek dan teknologi, yaitu:
1.
Penentuan strategi produksi , dan
perencanaan produk
2.
Proses pemilihan teknologi untuk
produksi
3.
Penentuan kapasitas produksi yang
optimal
4.
Letak pabrik dan layoutnya, dan tata
letak usaha dan layoutnya.
5.
Rencana operasianal dalam hal jumlah
produksi.
6.
Rencana pengendalian persediaan
bahan baku dan barang jadi.
7.
Pengawasan kualitas produk, baik
dalam bentuk barang ataupun jasa
A. Masalah Manajemen Operasional
Manajemen
operasional adalah suatu fungsi atau kegiatan manajemen yang meliputi
perancanaan, organisasi staffing, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan
terhadap operasi perusahaan. Operasi ini merupakan suatu kegiatan ( didalam
perusahaan ) untuk mengubah masukan menjadi keluaran, sehingga keluarannya akan
lebih bermanfaat dari masukannya. Keluaran tersebut dapat berupa barang dan /
atau jasa. Tugas menajemen di perusahaan adalaha untuk mendukung manajemen
dalam rangka pengambiulan keputusan masalah-masalah produksi/operasi.
Ada tiga masalah pokok yang dihadapi perusahaan,
yaitu:
o
Masalah penentuan posisi
perusahaan.penetuuan posisi perusahaan dalam masyarakat bertujuan agar
keberadaan perusahaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan dapat dijalankan
secara ekonomis, efektif dan efsien.
o
Masalah desain. Masalah desain akan
mencakupo perancangan fasilitas operasi yang akan digunakan. Untuk mengatasi
masalah ini, hendaknya dilakukan pengambilan keputusan di bidang rancang bangun
( design ) . Untuk proses manufaktur yang menghasilkan barang, keputusan ini
antara lain meliputi; perencanaan letak pabrik, proses operasi, teknologi yang
digunakan, rencana kapasitas mesin yang akan dipakai, perencanaan bangunan,
tata-letak ( layout ) ruangan, dan linkungan kerja.
o
Masalah operasional. Masalah
operasional timbul biasanya pada saat proses produksi sudah berjalan. Untuk
proses manufaktur yang menghasilkan barang, keputusan terhadap masalah
operasional ini antara lain : rencana produksi, rencana persediaan bahan baku,
penjadwalan kerja pegawai, pengawasan kualitas dan pengawasan biaya produksi.
B.
Masalah Proses Produksi Dan Operasi
Persoalan-persoalan dalam proses prosduksi/operasi ternyata cukup banyak dan
kompleks. Namun, Persoalan-persoalan itu akan dipilah-pilah, dan disesuaikan
dalam studi kelayakan bisnis. Untuk Proses manufaktur, persoalan – persoalan
dalam proses tersebut dikelompokan sesuai dengan masalah manajemen operasional
diatas, sebagai berikut:
Kelompok
Masalah Posisi Perusahaan, persoalan-persoalan utamanya adalah:
1. Pemelihan strategi produksi
2. Pemilihan dan perencanaan produk
3. Perencanaan kualitas.
Berikut paparanya :
1. Pemilihan Startegi Produksi
Agar barang/jasa yang diproduksi akan memenuhi kebutuhan konsumen, biasanya
didahului dengan suatu kegiatan penelitian pasar dan pemasaran. Dari masukan
penelitian pasar dan pemasran ini, berikutnya akan ditetapkan macam-macam
produk yang menjadi alternatif untuk dibuat, selanjutnya akan dikaji pula
kaitanya dengan aspek-aspek yang lain, seperti aspek keuangan dan seterusnya.
2.
Pemilihan dan Perencanaan Produk
Setelah beberapa alternatif ide produk tersaring,selanjutnya akan dikaji produk
( beberapa produk ) apa yang menjadi prioritas untuk diproduksi. Biasanya,
untuk menetapkan produk ( produk-produk ) tersebut akan dilakukan melalui
tahapan – tahapan pekerjaan , tahapan itu meliptuti :
a. Penentuan Ide Produk dan Seleksi
Pasa intinya, aspek pasar dan pemasaran untuk mengetahui apakah ide-ide produk
diperkirakan untuk mengetahui apakah perusahaan mampu membuat produk tersebut
dengan segala sumber daya yang dimilikinya. Sedangkan untuk aspek keuangan,
adalah meniliai apakah produk tersebut jika dihasilkan akan mendatangkan
keuntungan yang sesuai dengan harapan.
b. Pembuatan Desain Produk Awal
Dalam produksi barang, gambaran desain awal akan lebih jelas bila dibandingkan
dengan produk jasa. Dalam membuat desain produk awal ini, hendaknya
dipertimbangkan hal-hal seperti: manfaat produk yang akan dibuat, fungsi yang
hendaknya dimiliki barang agar menunjang manfaat-manfaatnya, desain, seni, dan
estitika barang yang akan diproduksi. Desain produk awal ini akan
ditindaklanjuti menjadi produk yang lebih mnedekati sebenarnya.
c. Pembuatan Prototip dan Pengujian
Prototip adalah produk yang dibuat sebagai produk percobaan sebelum produk
dibuat secara besar-besaran. Ia berguna untuk menilai kemampuan produk agar
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.Semetara itu, pengujian dilakukan
untuk mengetahui apakah prototip ini sudah dapat diimplementasikan atau belum.
Jika belum, masih dapat diperbaiki lagi, lalu diuji lagi dan seterusnya
sehingga prototip ini sesuai dengan harapan. Akhirnya, terciptalah desain
produk akhir yang siap unutk diimplementasikan.
d. Implementasi
Tahap ini mecoba untuk menilai apakah produk yang sudah diproduksi dan
ditawarkan di pasar memiliki masa depan yang baik.
3.
Perencanaan Kualitas
Kualitas produk merupakan hal penting bagi konsumen. Perusahaan hendaknya
menentukan suatu tolak ukur rencana kualitas produk dari tiap dimensu kualitasnya.
Dimensi kualitas produk dapat dipapaekan berikut ini:
a. Produk Berupa barang
Menurut david garvin, yang dikutip Vincent Gaspersz, menentukan dimensi
kualitas barang dapat dilkakukan melalui delapan dimensi seperti berikut ini:
·
Performance, hal ini berkaitan
dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karateristik utama yang
dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut
·
Features, yaitu aspek performasi
yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan
produk dan pengembangnya.
·
Reliablility, hal yang berkaitan
dengan probablitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya
setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu
pula.
·
Confermance, hal ini berkaitan
dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya
berdasarkan pada keinginan pelanggan.
·
Durability, yaitu suatu refleksi
umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang.
·
Serviceability, yaitu karakteristik
yang berkaitan dengan kecepatan, kompentensi, kemudahan, dan akurasi dalam
memberikan layanan untuk perbaikan barang
·
Aesthetics, merupakan karakteristik
yang bersifat subjektif mengenai hal-hal estetika yang berkaitan dengan
pertimbangan pribadi dan refleksi dari prefensi individual.
·
Fit and finish, suatu sifat
subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk
tersebut sebagia produk yang berkualitas.
b.
Produk Jasa/ Servis
Zeithaml et. al. mengemukakan lima dimensi dalam menentukan kualitas jasa, yaitu
:
·
Reliability, yaitu kemampuan untuk
memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.
·
Responsiveness, yaitu respon atau
kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat
dan tanggap.
·
Assurance, meliputu kemampuan
karyawan atas: pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas
keramah-tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberi pelayanan, keterampilan
dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan informasi, kemampuan
dalam memberikan keamanan didalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan
kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Dimensi
ini merupakan gabungan dari dimensi kompetensi, kesopanan, dan kredibilitas.
·
Emphaty, yaitu perhatian secara
individual yang dibeikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk
menguhubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomonikasi dengan
pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan
pelangganya. Dimensi emphaty ini merupakan gabungan dari dimensi Akses,
Komunikasi dan Pemahaman pada Pelanggan.
5.
Tingkat Perputaran Aktiva.
Pengertian
Perputaran Aktiva Tetap .
Pada dasarnya di setiap perusahaan, aktiva tetap memiliki makna
dan arti yang sama, meskipun banyak cara orang mengungkapkan aktiva tetap
dengan istilah yang berbeda-beda, perbedaan tersebut disesuaikan dengan cara
memandang aktiva itu oleh badan organisasi atau perusahaan yang menggunakannya.
Rasio perputaran aktiva tetap digunakan oleh manajemen perusahaan
untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam menunjang kegiatan
penjualan perusahaan. Menurut Munawir (2004; 240), mengemukakan bahwa :
”Perputaran Aktiva Tetap (Fixed
Assets Turn Over) yaitu rasio antara penjualan dengan aktiva tetap
bersihnya.”
Dapat
juga di rumuskan dengan :
Sumber
: Munawir (2004;240)
Sedangkan
menurut R. Agus Sartono (2002; 120), menjelaskan bahwa :
”Perputaran aktiva tetap
adalah rasio antara penjualan dengan aktiva tetap neto. Rasio ini menunjukan
bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti gedung, kendaraan,
mesin-mesin, perlengkapan kantor.” Berdasarkan kedua definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa perputaran aktiva tetap adalah perbandingan antara penjualan
dengan aktiva tetap neto pada suatu perusahaan. Rasio perputaran aktiva tetap
menunjukan bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti gedung,
kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan kantor dalam menunjang penjualan
perusahaan.
Pengertian Perputaran Piutang .
Untuk mendukung misi
perusahaan, salah satunya adalah dengan melakukan penjualan kredit yang secara
tidak langsung dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Dari penjualan
kredit tersebut dapat menimbulkan adanya piutang. Semakin besar proporsi dan
jumlah kredit, semakin besar pula piutang yang dimiliki oleh perusahaan,
apabila hal-hal lain tetap. Dimaksudkan dengan hal-hal lain ini adalah para
langganan tidak merubah kebiasaan mereka dalam melunasi utang mereka. Meskipun
piutang bisa terbentuk tidak dengan penjualan kredit, seperti para karyawan
yang mengajukan permohonan pinjaman kepada perusahaan, perusahaan lain meminjam
uang kepada perusahaan tersebut tanpa ada hubungannya dengan transaksi
penjualan. Tetapi dalam penelitian ini, penulis membicarakan piutang dalam
perusahaan. Pada beberapa perusahaan, piutang merupakan hal yang sangat penting
dan memerlukan analisis yang seksama. Bambang Riyanto (2008;85) mengemukakan
bahwa penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi
menimbulkan piutang langganan. Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah
uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku PSAK No. 9 : “Bahwa sumber
terjadinya piutang
digolongkan dalm dua kategori, yaitu piutang usaha dan piutang
lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena
penjualan-penjualan pokok atas penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha
normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar usaha kegiatan
perusahaan digolongkan piutang lain-lain”.
Perputaran piutang adalah
rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas
(Bambang riyanto, 2008:90). Putaran piutang dihitung dengan membagi penjualan
kredit bersih dengan saldo rata–rata piutang. Piutang yang dimiliki oleh suatu
perusahaan mempunyai hubungan erat dengan volume penjualan kredit. Posisi
piutang dapat dihitung dengan menggunakan rasio perputaran piutang.
Metodologi Penelitian
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif,
yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil
kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan
analisisnya pada data-data numeric (angka), dengan menggunakan metode
penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang
diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran
mengenai objek yang diteliti.
Desain
Penelitian.
Desain
penelitian merupakan rancangan
penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses
penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
proses penelitian.
Operasionalisasi
Variabel
Menurut
Sugiyono (2010:38), menjelaskan bahwa:
“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai
dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis,
indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian,
sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara
benar, maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu:
1.
Variabel Independent (X)
Menurut
Sugiyono (2010:39) variabel independen atau variabel bebas yaitu:
“Variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat)”.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent (X1)
dan (X2) adalah Perputaran Aktiva Tetap dan Perputaran Piutang.
2.
Variabel Dependent (Y)
Menurut
Sugiyono (2010:33) variabel dependen atau terikat yaitu:
“Variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”
Dalam
penelitian ini yang menjadi va-riabel dependent (Y) adalah
Profitabilitas.
Skala
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio, berikut ini penjelasan
mengenai rasio.