Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Kartu Undangan
Pernikahan Putri Keempat Sultan HB X.
Harianjogja.com,
JOGJA–Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat bakal memanfaatkan kecanggihan teknologi
dalam prosesi pernikahan GKR Hayu dan KPH Notonegoro mulai Senin (21/10/2013).
Pemanfaatan
teknologi itu mulai dari undangan pengantin, website hingga penyebarluasan
prosesi pernikahan dari Senin (21/10/2013) hingga Rabu (23/10/2013).
Kondisi
ini berbeda dengan pernikahan-pernikahan Kraton sebelumnya. Penggunaan teknologi
itu tidak bisa dilepaskan dari keahlian yang dimiliki calon penganti Gusti
Kanjeng Ratu Hayu. Bahkan saat ini putri keempat Sri Sultan Hamengku Buwono X
itu sudah diangkat menjadi Penghageng Tepas Tandha Yekti, atau yang ditugasi
mengurusi teknologi dan informasi Kraton.
Beberapa
waktu lalu, GKR Hayu secara khusus meluncurkan website yang terkait dengan
pernikahannya dengan alamat, www.kratonwedding.com. Laman itu berisi informasi
mengenai pernikahan GKR Hayu termasuk mengenai makna prosesi.
Untuk desain
undangan, mirip sebuah box cover DVD, yang ketika dibuka bakal muncul sketsa
pengantin Jawa berlatar belakang gebyok pelaminan. Tak hanya berisi undangan
penyelenggaraan ijab dan resepsi, dalam lembaran undangan itu juga kode RSVP
Card, swipe card, pin, kartu konsumsi sopir, dan kartu parkir. Lembar undangan
itu dibuat dalam tiga bahasa, yakni bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa
Inggris.
Online
RSVP card bertuliskan delapan digit nomor kode RSVP yang dapat di-entry di
website www.kratonwedding.com. RSVP adalah frase dari Prancis, Répondez
s’il vous plaît, yang artinya kira-kira please respons. Dalam hal ini, tamu
undangan yang mendapatkan kode tersebut diminta untuk mengkonfirmasi kedatangan
mereka secara online. “Ini mengirit tenaga panitia agar tidak perlu telepon
satu persatu untuk mengkonfirmasi kedatangan,” ujar GKR Hayu, beberapa waktu
lalu seusai me-launching website kratonwedding.com.
Adapun
swipe card adalah sebuah kartu yang fungsinya untuk menggantikan buku tamu.
Kartu ini akan digesekkan di alat pemindai buku tamu saat datang di acara
pernikahan. Pemindai akan mengeluarkan selembar kertas yang digunakan untuk
mengambil souvenir.
“Selain
praktis, sistem ini lebih efektif untuk menjaga keakuratan dan kebenaran
database di buku tamu,” ujarnya.
Menariknya, prosesi pernikahan Hayu akan menerapkan aplikasi software payment (sistem pembayaran), bagi undangan. Melalui aplikasi yang tersambung dalam Ipad, tamu akan terlebih dahulu didata identitasnya.
Tamu
undangan yang tak terdata dalam data base aplikasi tersebut, dipastikan tidak
bakal diizinkan masuk dalam acara panggih atau resepsi Dhaup Ageng di Bangsal
Kepatihan, Komplek Perkantoran Pemerintah Daerah DIY, Rabu (23/10/2013).
“Terkecuali
ada catatan khusus bagi tamu undangan tertentu yang terdeteksi melalui menu
status card di aplikasi software ipad,” ujar Tjiputro, Director Teravin
Technovation kepada Harianjogja.com, Senin (21/10/2013).
Aplikasi
ini ditawarkan oleh Tjiputra, untuk menjawab kebutuhan Hayu yang menginginkan
ada segi keamanan dalam hal register tamu. Tjiputra adalah teman dekat Hayu
saat bekerja di sebuah perusahaan information technology (IT).
Karena itu, apa saja yang berbau dengan perkembangan aplikasi IT, Hayu selalu menceritakan kepada Tjiputra. “Kalau untuk payment, sistem IT ini sudah banyak digunakan, tapi jika untuk event, baru kali ini saya buat,” tuturnya.
Karena itu, apa saja yang berbau dengan perkembangan aplikasi IT, Hayu selalu menceritakan kepada Tjiputra. “Kalau untuk payment, sistem IT ini sudah banyak digunakan, tapi jika untuk event, baru kali ini saya buat,” tuturnya.
Tjiputra
hanya butuh waktu dua minggu untuk mereka-reka aplikasi tersebut. Pengoperasian
aplikasi itu, ungkap Tjiputra, sengaja menggunakan Ipad, karena GKR Hayu dalam
penyelenggaraan Pernikahan Ageng itu melibatkan Emax, distributor Mac Apple
resmi di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar